MAKALAH
KIMIA DASAR
PERTEMUAN
KETUJUH
NAMA
: LUFITA
NIM
: A1C217021
DOSEN
PENGAMPU : Dr. YUSNELTI, M.Si
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN
MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................1
KATA
PENGANTAR.........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................3
1.2
Tujuan...........................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Reaksi Redoks dalam Larutan : Membuat
setimbang...............................................4-5
B. Persamaan Reaksi dengan Ion
elektron.....................................................................6-8
C. Stoikiometri dari Reaksi
Ion.......................................................................................8
D. Analisis Kimia dan
Titrasi.......................................................................................9-10
E. Berat Ekivalen dan Normalitas...................................................................................11
BAB 3 PENUTUP
3.1
Kesimpulan.................................................................................................................12
3.2 Saran............................................................................................................................13
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................14
KATA PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jambi, November 2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Elektrokimia adalah ilmu
yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang digunakan dalam
reaksi elektrokimia di karakterisasikan dengan banyaknya elektron yang
dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
arus listrik dan potensi. Proses-proses elektrokimia merupakan reaksi redoks
(reduksi-oksidasi) dimana energi yang dihasilkan dari reaksi spontan
dikonversin menjadi energi listrik atau energi listrik yang digunakan untuk
mendorong suatu reaksi nonspontan untuk terjadi. Penyelesaian persamaan
reaksiredoks yang melibatkan ion-ion dalam larutan dilakukan dengan metode ion
elektron atau metode setengah reaksi. Penyetaraan melaluimetode ini dilakukan
dengan menyetarakan setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi secara
terpisah terlebih dahulu, kemudian baru di jumlahkan.
Reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat
bukannya antara dua zat murni. Satu bentuk yang paling lazim dari campuran
adalah larutan. Di alam sebagian besar reaksi berlangsung dalam larutan air.
Sebagai contoh cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan merupakan larutan dari
berbagai jenis zat. Dalamk tanah pun reaksi pada umunya berlangsung dalam
lapisan tipis larutan yang diadopsi pada padatan. Perhitungan kimia untuk
reaksi yang berhubungan dalam larutan disebut juga stoikiometri.
1.2 Tujuan
·
Mengetahui reaksi redoks
dalam larutan : membuat setimbang
·
Mengetahui persamaan reaksi
dengan ion elektron
·
Mengetahui stoikiometri dari
reaksi ion
·
Menganalisis kimia dan
titrasi
·
Mengetahui berat ekuivalen
dan normalitas
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Reaksi Redoks dalam Larutan
1. Penyetaraan reaksi redoks
a). Metode bilangan
oksidasi
Langkah-langkah penyetaraan reaksi :
1.
Menentukan unsur yang mengalami oksidasi dan reduksi berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi tiap unsur
2.
Menyetarakan jumlah unsur yang mengalami redoks dengan menambahkan
koefisien yang sesuai
3.
Menentukan besarnya kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dari
unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
4.
Meneyetarakan perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberikan
koefisien yang sesuai
5.
Menyetarakan jumlah atom H dan O serta unsur-unsur yang lain
Contoh soal
b). Metode setengah reaksi (Ion elektron)
Langkah-langkah penyetaraan reaksi:
1.
Menuliskan zat-zat yang mengalami reaksi redoks saja
2.
Memisahkan reaksi menjadi 2, setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi
oksidasi
3.
Menyetarakan atom-atom yang mengalami redoks, kecuali atom hydrogen (H) dan
oksigen (O)
4.
Menyetarakan atom oksigen (O) dengan menambahkan molekul H2O ke ruas yang
kekurangan oksigen
5.
Menyetarakan atom Hidrogen (H) dengan menambahkan ion H+ ke ruas yang
kekurangan atom H
6.
Menyetarakan muatan dengan menambahkan elektron ke ruas yang memiliki
muatan lebih positif
7.
Menyamakan jumlah elektron pada kedua persamaan setengah reaksi reduksi dan
oksidasi
8.
Menyatukan kedua persamaan setengah reaksi menjadi reaksi redoks yang utuh
9.
Mengembalikan ke bentuk reaksi awal
Contoh soal
B. Persamaan Reaksi dengan Ion Elektron
Penyelesaian persamaan reaksi redoks yang melibatkan
ion-ion dalam larutan dilakukan dengan metode ion elektron atau metode setengah
reaksi. Penyetaraan melalui metode ini dilakukan dengan menyetarakan setengah
reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi secara terpisah lebih dahulu,
kemudian baru dijumlahkan. Prinsip penyetaraan reaksi redoks
dengan metode setengah reaksi adalah menyetarakan jumlah elektron pada kedua
setengah reaksi. Semua reaksi yang disetarakan dengan metode ini dianggap
berlangsung dalam suasana asam, meskipun sebenarnya berlangsung dalam suasana
basa. Jika reaksi berlangsung dalam suasana basa, maka akan disesuaikan pada
akhir penyetaraan dengan menambahkan ion OH– sebanyak
ion H+ yang ada. Ion H+dan OH– yang berada pada ruas yang sama kemudian
dikonversi menjadi molekul H2O.
Berikut langkah-langkah penyetaraan reaksi redoks
dengan metode setengah reaksi.
1.
Pecah reaksi menjadi setengah reaksi reduksi dan
setengah reaksi oksidasi. Kumpulkan spesi yang mempunyai kesamaan atom (selain
atom H dan O).
2.
Setarakan jumlah atom selain H dan O dengan
menambahkan koefisien tertentu.
3.
Setarakan jumlah atom O dengan menambahkan molekul H2O pada ruas yang kekurangan O.
4.
Setarakan jumlah atom H dengan menambahkan ion H+ apapun suasana reaksinya.
5.
Setarakan jumlah muatan dengan menambahkan elektron.
6.
Samakan jumlah elektron yang dilepas dan yang diikat kemudian
jumlahkan. Spesi yang sama pada ruas yang berbeda dikurangkan, selisihnya
ditulis pada ruas dengan koefisien spesi yang lebih besar.
7.
Jika reaksi berlangsung dalam suasana asam, maka
reaksi sudah setara.
Jika reaksi berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH– pada kedua ruas sesuai dengan jumlah ion H+ yang ada.
Jika reaksi berlangsung dalam suasana basa, tambahkan ion OH– pada kedua ruas sesuai dengan jumlah ion H+ yang ada.
8.
Ion H+ dan OH– yang berada pada ruas yang sama dikonversi
menjadi molekul H2O.
Contoh:
Setarakan reaksi reaksi redoks yang berlangsung dalam suasana basa berikut.
Bi2O3 + ClO– → BiO3– + Cl–
Setarakan reaksi reaksi redoks yang berlangsung dalam suasana basa berikut.
Bi2O3 + ClO– → BiO3– + Cl–
·
Pecah reaksi menjadi 2 setengah reaksi
Perhatikan atom-atom yang ada dalam reaksi. Selain
atom H dan O, terdapat pula atom Bi dan Cl. Kumpulkan spesi-spesi pada setengah
reaksi berdasarkan kesamaan atomnya (abaikan atom H dan O).
Bi2O3 dan BiO3– dituliskan pada salah satu setengah reaksi,
karena keduanya memiliki atom Bi. Sedangkan ClO– dan Cl– dituliskan pada setengah reaksi lainnya,
karena sama-sama memiliki atom Cl.
Bi2O3 → BiO3–
ClO– → Cl–
ClO– → Cl–
·
Setarakan jumlah atom selain H dan O.
1.
Setengah reaksi pertama
Pada ruas kiri terdapat 2 atom Bi dan pada ruas kiri 1 atom Bi. Berikan koefisien 2 pada spesi di ruas kanan, yaitu BiO3–.
Pada ruas kiri terdapat 2 atom Bi dan pada ruas kiri 1 atom Bi. Berikan koefisien 2 pada spesi di ruas kanan, yaitu BiO3–.
2.
Setengah reaksi kedua
Jumlah atom Cl di ruas kiri dan kanan sudah sama, sehingga tidak perlu ditambahkan koefisien.
Jumlah atom Cl di ruas kiri dan kanan sudah sama, sehingga tidak perlu ditambahkan koefisien.
Bi2O3 → 2BiO3–
ClO– → Cl–
ClO– → Cl–
·
Setarakan jumlah atom O.
1.
Setengah reaksi pertama
Ada 3 atom O di ruas kiri dan 6 atom O di ruas kanan. Untuk menyetarakannya, tambahkan 3 molekul H2O pada ruas kiri.
Ada 3 atom O di ruas kiri dan 6 atom O di ruas kanan. Untuk menyetarakannya, tambahkan 3 molekul H2O pada ruas kiri.
2.
Setengah reaksi kedua
Ada 1 atom O di ruas kiri dan 0 atom O di ruas kanan. Tambahkan 1 molekul H2O pada ruas kanan untuk menyamakan jumlah atom O.
Ada 1 atom O di ruas kiri dan 0 atom O di ruas kanan. Tambahkan 1 molekul H2O pada ruas kanan untuk menyamakan jumlah atom O.
Bi2O3 + 3H2O → 2BiO3–
ClO– → Cl– + H2O
ClO– → Cl– + H2O
·
Setarakan jumlah atom H
Atom H disetarakan dengan menambah sejumlah ion H+, meskipun reaksi berlangsung dalam suasana basa.
1.
Setengah reaksi pertama
Ada 6 atom H (3 x 2) di ruas kiri dan 0 atom H di ruas kanan. Agar setara, kita perlu menambahkan 6 ion H+ pada ruas kanan
Ada 6 atom H (3 x 2) di ruas kiri dan 0 atom H di ruas kanan. Agar setara, kita perlu menambahkan 6 ion H+ pada ruas kanan
2.
Setengah reaksi kedua
Ada 0 atom H di ruas kiri dan 2 atom H di ruas kanan (1 x 2). Setarakan dengan menambah 2 ion H+ pada ruas kiri.
Ada 0 atom H di ruas kiri dan 2 atom H di ruas kanan (1 x 2). Setarakan dengan menambah 2 ion H+ pada ruas kiri.
Bi2O3 + 3H2O → 2BiO3– + 6H+
ClO– + 2H+ → Cl– + H2O
ClO– + 2H+ → Cl– + H2O
·
Setarakan jumlah muatan
1.
Setengah reaksi pertama
Muatan pada ruas kiri adalah 0 sedangkan muatan pada ruas kanan +4. Tambahkan ruas kanan dengan 4e– agar jumlah muatannya sama.
Muatan pada ruas kiri adalah 0 sedangkan muatan pada ruas kanan +4. Tambahkan ruas kanan dengan 4e– agar jumlah muatannya sama.
2.
Setengah reaksi kedua
Muatan pada ruas kiri adalah +1 dan ruas kanan -1. Setarakan dengan menambah 2e– pada ruas kiri.
Muatan pada ruas kiri adalah +1 dan ruas kanan -1. Setarakan dengan menambah 2e– pada ruas kiri.
Bi2O3 + 3H2O → 2BiO3– + 6H+ + 4e–
ClO– + 2H+ + 2e– → Cl– + H2O
ClO– + 2H+ + 2e– → Cl– + H2O
·
Jumlah elektron yang dilepas dan yang diikat harus
sama
Pada setengah reaksi pertama dilepas 4e, sedangkan
pada setengah reaksi kedua diikat 2e. Agar jumlah elektronnya sama, reaksi
kedua dikalikan dengan angka 2.
|x1| Bi2O3 + 3H2O → 2BiO3– + 6H+ + 4e–
|x2| 2ClO– + 4H+ + 4e– → 2Cl– + 2H2O
|x2| 2ClO– + 4H+ + 4e– → 2Cl– + 2H2O
·
Jumlahkan kedua setengah reaksi.
Reaktan pada reaksi pertama dijumlahkan dengan reaktan
reaksi kedua (ruas kiri). Begitu pula dengan produk (ruas kanan).
Ternyata ada spesi yang sama pada ruas kiri dan kanan,
yaitu H+ dan H2O.
Ada 4H+ di ruas
kiri dan 6H+ di ruas kanan. Selisihnya sebanyak 2H+ kita tuliskan pada ruas dengan koefisien H+ yang lebih besar, yaitu ruas kanan.
Pada ruas kiri terdapat 3H2O
dan pada ruas kanan 2H2O. Selisihnya 1H2O kita tuliskan pada ruas kiri, karena koefisien H2O-nya lebih besar.
Bi2O3 + 2ClO– + H2O → 2BiO3– + 2Cl– + 2H+
·
Perhatikan suasana reaksi
Seandainya reaksi ini berlangsung dalam suasana asam,
penyetaraan sudah selesai. Akan tetapi, suasana reaksi ini adalah basa.
Sehingga kita perlu menambahkan sejumlah ion OH– sesuai
dengan ion H+ yang ada.
Ion H+ pada reaksi
di atas ada 2, sehingga kedua ruas kita tambahkan dengan 2OH–.
Bi2O3 + 2ClO– + H2O + 2OH– → 2BiO3– + 2Cl– + 2H+ + 2OH–
Konversi ion H+ dan OH– menjadi
H2O
Perhatikan ruas kanan reaksi di atas. 2 ion H+ bereaksi dengan 2 ion OH–membentuk 2H2O. Pada ruas kiri, cuma ada ion OH–, jadi tidak perlu kita utak-atik.
Perhatikan ruas kanan reaksi di atas. 2 ion H+ bereaksi dengan 2 ion OH–membentuk 2H2O. Pada ruas kiri, cuma ada ion OH–, jadi tidak perlu kita utak-atik.
Bi2O3 + 2ClO– + H2O + 2OH– → 2BiO3– + 2Cl– + 2H2O
·
Eliminasi spesi yang sama
Pada kedua ruas terdapat molekul H2O, sehingga perlu dieliminasi salah satunya.
Ada 1H2O di ruas kiri dan 2H2O di ruas kanan. Jika kita kurangkan hasilnya adalah 1H2O. Selisih ini kita tuliskan pada ruas dengan koefisien H2O lebih besar, yaitu ruas kanan.
Ada 1H2O di ruas kiri dan 2H2O di ruas kanan. Jika kita kurangkan hasilnya adalah 1H2O. Selisih ini kita tuliskan pada ruas dengan koefisien H2O lebih besar, yaitu ruas kanan.
Bi2O3 +
2ClO– + 2OH– → 2BiO3– +
2Cl– + H2O.
C. Stoikiometri dari Reaksi
Ion
Stoikiometri
adalah cabang kimia yang berhubungan dengan hubungan kuantitatif yang ada
antara reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Reaktan adalah zat yang
berpartisipasi dalam reaksi kimia, dan produk adalah zat yang diperoleh sebagai
hasil dari reaksi kimia. Stoikiometri bergantung pada kenyataan bahwa
unsur-unsur berperilaku dengan cara yang dapat diprediksi, dan materi yang
tidak dapat diciptakan atau dihancurkan.
Karena
itu, ketika unsur digabungkan menghasilkan reaksi kimia, sesuatu yang dikenal
dan spesifik yang akan terjadi dan hasil reaksi dapat diprediksi berdasarkan
unsur-unsur dan jumlah yang terlibat.
Stoikiometri
adalah matematika di balik ilmu kimia. Perhitungan stoikiometri dapat menemukan
bagaimana unsur-unsur dan komponen yang diencerkan dalam larutan yang
konsentrasinya diketahui, bereaksi dalam kondisi eksperimental. Kata
“Stoikiometri” berasal dari kata stoicheion Yunani, yang berarti “unsur” dan
metron yang berarti “ukuran”.
Reaksi
kimia sering dituliskan dalam bentu persamaan dengan menggunakan simbol unsur.
Reaktan adalah zat yang berada di sebelah kiri, dan produk ialah zat yang
berada di sebelah kanan, kemudian keduanya dipisahkan oleh tanda panah (bisa
satu / dua panah bolak balik). Contohnya:
2Na(s)+HCl(aq)→2NaCl(aq)+H2(g)
Persamaan
reaksi kimia itu seperti resep pada reaksi, sehingga menunjukkan semua yang
berhubungan dengan reaksi yang terjadi, baik itu ion, unsur, senyawa, reaktan
ataupun produk. Jika
diperhatikan lagi jumlah atom H pada reaktan belum sama demgan jumlah atom H
pada produk. Maka rekasi ini perlu disetarakan. Penyetaraan reaksi kimia harus
memenuhi beberapa hukum kimia tentang materi.
·
Hukum Kekekalan Massa
Massa produk
sama dengan massa rekatan
·
Hukum Perbandingan
Tetap
Senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur kimia
dengan perbandingan massa unsur yang tetap sama
·
Hukum
Perbandingan Berganda
Jika suatu unsur bereaksi dengan unsur lainnya, maka perbandingan berat
unsur tersebut merupakan bilangan bulat dan sederhana.
Jadi dari persamaan:
2Na(s)+2HCl(aq)→2NaCl(aq)+H2(g)
Kita dapat mengetahui bahwa 2 mol HCl
bereaksi dengan 2 mol Na membentuk 2 mol NaCl dan 1 mol H2. Dengan penyetaraan
reaksi ini maka sapat di ketahui kuantitas dari setiap zat yang terlibat dalam
reaksi. Oleh karena itulah penyetaraan reaksi ini sangat penting dalam
menyelesaikan stoikiometri.
D.
Analisis Kimia dan Titrasi
Titrasi
merupakan cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di butuhkan
untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan lain.
Larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dinamakam larutan standar. Analisis
yang berkaitan dengan volume larutan pereakasi disebut analisis volumetri.
Titrasi asam basa adalah suatu cara menentukan konsentrasi larutan asam jika
konsentrasi larutan basa diketahui atau menentukan konsentrasi larutan basa jika larutan asam diketahui.
·
Titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi
Titik ekuivalen adalh kondisi pada saat
perbandingan jumlah mol asam dan jumlah mol basa sama dengan perbandingan
koefisien asam dan koefisien basa menurut persamaan reaksi artinya pada saat
titik ekuivalen tercapai maka larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Titik akhir titrasi adalah suatu kondisi pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna.
1. Titrasi
Asam kuat dengan Basa kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan HCl 0,1 M ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH
selama titrasi tersebut.
Kurva titrasi asam basa: HCl dengan NaOH.
Dari kurva tersebut dapat disimpulkan:
·
Mula-mula pH larutan naik sedikit demi sedikit
·
Perubahan pH drastis terjadi sekitar titik ekivalen
·
pH titik ekivalen = 7 (netral)
·
Indikator yang dapat digunakan: metil merah, bromtimol biru, atau
fenolftalein. Namun, yang lebih sering digunakan adalah fenolftalein karena
perubahan warna fenolftalein yang lebih mudah diamati.
2. Titrasi asam lemah dengan basa kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan CH3COOH 0,1 M
ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M sedikit demi sedikit. Berikut kurva titrasi
berwarna biru yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut
dibandingkan dengan kurva titrasi HCl dengan NaOH yang berwarna merah.
Kurva titrasi CH3COOH dengan NaOH dan titrasi HCl
dengan NaOH
Dari kurva tersebut
dapat disimpulkan:
·
Titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9
·
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih kecil, hanya
sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±10
·
Indikator yang digunakan: fenolftalein. Metil merah tidak dapat digunakan
karena perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik ekivalen.
3. Titrasi basa lemah dengan asam kuat
Sebagai contoh, 40 mL larutan NH3 0,1 M
ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M sedikit demi sedikit. Berikut ditampilkan
kurva titrasi yang menggambarkan perubahan pH selama titrasi tersebut.
Kurva
titrasi NH3 dengan HCl
Dari kurva tersebut
dapat disimpulkan:
·
Titik ekivalen berada di bawah pH 7, yaitu antara 5 – 6
·
Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4
·
Indikator yang digunakan: metil merah. Fenolftalein tidak dapat digunakan
karena perubahan warnanya terjadi jauh sebelum tercapai titik
ekivalen.
E. Berat Ekuivalen dan Normalitas
Normalitas (N) adalah banyaknya gram
ekivalen zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan. Berat ekivalen (BE) dapat
ditentukan berdasarkan jenis reaksi sebagai berikut :
BE = massa molekul relatif (Mr) /
banyaknya atom H yang dilepas atau diterima
·
Reaksi asam basa
(netralisasi)
·
Reaksi pengendapan
·
Reaksi pembentukan senyawa
kompleks
·
Reaksi oksidasi reduksi
Dalam reaksi netralisasi, setiap senyawa
akan melepaskan atau menerima atom hidrogen. Berat ekivalen suatu senyawa dalam
reaksi pengendapan dan pengomplekan ditentukan oleh valensi dari senyawa
tersebut.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu
yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk
dalam reaksi kimia (persamaan
kimia) disebut dengan stoikiometri. Stoikiometri didasarkan
pada hukum-hukum dasar kimia, yaitu hukum kekekalan massa, hukum perbandingan tetap,
dan hukum perbandingan berganda.
Titrasi
merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat
lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri
untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Normalitas (N) adalah
banyaknya gram ekivalen zat yang terlarut dalam 1000 mL larutan. Berat ekivalen
(BE) dapat ditentukan berdasarkan jenis reaksi.
3.2 Saran
Disarankan dalam menyetarakan reaksi
redoks harus mengikuti langkah-langkahnya dengan teliti agar hasil yang di
dapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Silberberg,
Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education
Tidak ada komentar:
Posting Komentar