Selasa, 21 November 2017

REVIEW KIMIA DASAR PERTEMUAN KE-15 (LAST)

REVIEW KIMIA DASAR
PERTEMUAN KE-1 5

Hasil gambar untuk logo unja

NAMA : LUFITA
NIM : A1C217021
DOSEN PENGAMPU : Dr. YUSNELTI, M.Si

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengapa perlu mempelajari sifat-sifat fisik larutan dan koloid? Umumnya reaksi kimia terjadi dalam larutan, antara ion atau molekul yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Selain itu, pemanfaatan suatu zat tidak selalu dalam keadaan murni tetapi dilarutkan ke dalam zat lain. Atau ketika memanfaatkan suatu zat maka zat tersebut harus berada dalam media lain atau media dimana zat lain berada. Oleh karena itu sebelum zat dimanfaatkan atau bereaksi dengan zat lain maka perlu dipahami lebih dahulu: (a) sifat-sifat makroskopik keadaan murni masing-masing zat pembentuk larutan, dan (b) apa yang terjadi bila masing-masing zat pembentuk larutan tersebut yang disebut zat terlarut dan pelarut dicampurkan.
Mengapa zat dapat bercampur atau berada dalam zat lain? Atau mengapa zat yang disebut zat terlarut dapat larut di dalam zat lain yang disebut pelarut? Salah satu konsep dasar yang penting untuk memahami ini adalah adanya gaya-gaya atau energi interaksi antarmolekul antara zat terlarut dan pelarut. Salah satu hukum yang menjelaskan gaya-gaya interaksi antarmolekul adalah potensial Lennard-Jones(1). Hasil pencampuran dapat mempengaruhi sifat-sifat zat murni seperti kelarutan, titik didih, dan titik leleh.
Salah satu zat yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah air. Air mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat menghasilkan suatu campuran homogen. Pada campuran homogen yang melibatkan air, air disebut sebagai pelarut. Air mempunyai rumus molekul H2O dengan massa molekul 18 g/mol dan kerapatan 1 g/mL atau 1000 g/L. Jadi konsentrasi molar air murni adalah 55,6 mol/L. Konsentrasi molar zat yang dilarutkan dalam air adalah pada orde 10-6-10 molar. Jadi konsentrasi molar zat yang dilarutkan jauh lebih rendah dan disebut dengan zat terlarut.

1.2 Tujuan
·         Mengetahui sifat fisik dan koloid larutan
·         Mengetahui jenis campuran : suspensi, koloid dan larutan
·         Mengetahui macam-macam larutan
·         Mengetahui satuan konsentrasi
·         Mengetahui timbulnya energi dan ketidakteraturan dalam pembentukanlarutan cairan
·         Mengetahui panas larutan
·         Mengetahui kelarutan dan suhu
·         Mengetahui tekanan uap larutan serta pengaruh tekanan pada kelarutan
·         Mengetahui tekanan osmosis
·         Mengetahui larutan elektrolit
·         Mengetahui penurunan titik beku dan kenaikan titk didih
·         Mengetahui destilasi bertingkat




BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 SIFAT FISIK DAN KOLOID LARUTAN
1.      Sifat-sifat koloid
·         Efek tyndall
Hamburan cahaya oleh partikel – partikel koloid, sehingga jalannya sinar yang melewati koloid dapat terlihat. 
Sifat khas pada sistem koloid yang membedakannya dengan sistem dispersi yang lain diantaranya adalah efek Tyndall dan gerak Brown.
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Efek ini dikemukakan oleh John Tyndall, ahli fisika berkebangsaan Inggris. Partikel dalam sistem koloid dapat berupa molekul atau ion yang berukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya ke segala arah. Larutan sejati/larutan tidak menunjukkan efek Tyndall, karena ukuran partikelnya terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya.
Di lingkungan kita sering terjadi efek Tyndall, diantaranya :
Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna merah atau jingga di langit pada saat matahari terbenam di ufuk barat.
Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok.
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.
Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut.
·         Gerak Brown
Gerakan partikel koloid terus-menerus dengan gerak patah-patah (zig-zag), yang diakibatkan oleh adanya tumbukan antara partikel-partikel koloid dengan medium pendispersinya.
Gerak Brown adalah gerak acak (zig-zag)  partikel koloid dalam medium pendispersinya. Gerak ini ditemukan oleh Robert Brown. Gerak Brown terjadi karena adanya tumbukan yang tidak seimbang antara molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Semakin tinggi suhu semakin cepat gerak Brown berlangsung karena energi kinetik molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.Gerak Brown dalam sistem koloid menyebabkan partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun didiamkan (stabil).
·         Elektroforesa
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik. Partikel-partikel koloid dapat bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan koloid. Kestabilan sistem koloid disebabkan adanya muatan listrik pada permukaan partikel koloid, selain karena adanya gerak Brown. Pada peristiwa elektroforesis, partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektroda. Kegunaan dari sifat ini adalah untuk menentukan muatan yang dimiliki oleh suatu partikel koloid.
Pada elektroforesis ini, ke dalam elektrolit dimasukkan dua batang elektroda kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel-partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda tergantung pada jenis muatannya. Koloid yang bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif).
·         Adsorpsi
Kemampuan partikel koloid mengikat materi di permukaan
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen. Peristiwa adsorpsi disebabkan gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen.
Contoh pemanfaatan adsorpsi :
Penyembuhan sakit perut yang disebabkan bakteri patogen dengan serbuk karbon atau norit. Di dalam usus, norit akan menjadi koloid yang dapat mengadsorpsi zat racun(bakteri patogen)
Penjernihan air keruh dengan tawas Al2(SO4)3. Dalam air tawas terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang berbentuk koloid dan mampu mengadsorpsi kotoran dalam air khususnya zat warna.
Penjernihan air tebu pada pembuatan gula pasir dengan tanah diatome dan arang tulang (pemutihan gula).Zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih.
Adsorpsi gas oleh zat padat, misalnya pada masker gas.
Adsorbsi keringat oleh alumium stearat yang terdapat dalam rol on deodorant.
Partikel koloid mampu mengadsorpsi ion positif dan ion negatif sehingga koloid menjadi bermuatan listrik. Koloid yang bermuatan positif contohnya Fe(OH)3 dan yang bermuatan negatif contohnya As2S3.
·         Koagulasi
Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel-partikel agar tetap tersebar di dalam medium pendispersinya. Koagulasi dapat dilakukan secara mekanis, fisis dan kimia
1)    Mekanik, menggumpalkan koloid dengan pemanasan, pengadukan, dan pendinginan. Proses ini akan mengurangi air atau ion di sekeliling koloid sehingga koloid akan mengendap.
Contohnya : protein, agar-agar dalam air akan menggumpal bila didinginka.
2)    Fisis
Contoh : penggunakan alat cottrel. Alat Cottrel biasanya dipakai pada cerobong asap di industri-industri besar, untuk menggumpalkan asap dan debu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran asap dan debu yang berbahaya. Caranya dengan melewatkan asap atau debu pada Cottrel sebelum keluar dari cerobong pabrik. Alat ini terdiri dari dua pelat elektrode listrik bertegangan tinggi. Bila sudah jenuh elektrode tersebut dibersihkan. 
 3)    Kimia Cara ini dilakukan dengan penambahan zat elektrolit ke dalam koloid.
Contoh :
–  Proses pengolahan karet dari bahan mentah (lateks) dengan menambahkan asam formiat atau cuka.
– Pembentukan delta di muara sungai
– Proses penjernihan air dengan menambahkan tawas. Tawas digunakan untuk menggumpalkan partikel koloid dalam air.
·         Dialysis
Penghilangan muatan koloid dengan cara memasukkan koloid ke dalam membrane semipermeabel dan kemudian dimasukkan ke dalam aliran zat cair.
g.Koloid pelindung
Koloid yang dapat menstabilkan system koloid lain.

2.      Sifat-sifat larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat
Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut
Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut
·         Larutan jenuh mengandung jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam suatu pelarut pada suhu tertentu.
·         Larutan takjenuh mengandung zat terlarut lebih sedikit daripada yang sebenarnya dapat dilarutkan oleh pelarut pada suhu tertentu.
·         Larutan lewat-jenuh mengandung zat terlarut lebih banyak daripada yang terdapat dalam larutan jenuh pada suhu tertentu.
Natrium asetat mengkristal dengan cepat ketika ditambahkan sedikit benih kristal ke dalam larutan natrium asetat lewat-jenuh.

Sejenis Melarutkan Sejenis
Dua zat dengan gaya-gaya antarmolekul yang sama akan cenderung saling melarutkan.
molekul non-polar dapat larut dalam pelarut non-polar
CCl4 dalam C6H6
molekul polar dapat larut dalam pelarut polar
C2H5OH dalam H2O
Senyawa ionik lebih dapat larut dalam pelarut polar
NaCl dalam H2O atau NH3 (l)
Kelarutan metanol dalam air

2.2 JENIS CAMPURAN : SUSPENSI, KOLOID DAN LARUTAN

A.    Larutan
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat (unsur/molekul). Ketika ditempatkan dalam air, kebanyakan zat akan terlarut dan zat yang terlarut ini disebut soluble (dapat larut) dan yang lainnya yang tidak dapat larut disebut insoluble(tidak dapat larut). Garam dan gula sangat mudah larut dalam air.
Dalam suatu larutan, zat yang menunjukkan jumlah yang lebih besar disebut dengan pelarut dan zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut. Apa artinya bahwa suatu zat terlarut dalam zat lainnya? Hal ini berarti bahwa molekul-molekul dari zat terlarut terpisah dan terdistribusikan secara merata dalam pelarut.
Zat tidak dapat larut (insoluble) mempertahankan keadaannya agar tidak terdistribusi dalam pelarut. Biasanya yang digunakan sebagai pelarut adalah air, karena kebanyakan zat padat akan terlarut dalam air, tetapi sebenarnya hampir semua cairan dapat dijadikan pelarut.
Zat terlarut pun bisa berada dalam kondisi, padat, cair atau gas. Contoh larutan logam padat adalah baja (Fe+C), kuningan (Cu+Zn) dan perunggu (Cu+Sn). Kedua komponen logam tersebut saling elarutkan, sama seperti larutan dengan komponen cair atau gas. Contohnya adalah karbondioksida yang ditambahkan ke dalam minuman agar berbuih. Dalam air kolam, sungai dan juga laut, gas semisal oksigen, karbondioksida dan gas lainnya masuk ke dalam larutan secara alami. Kehadiran gas-gas ini dalam air memungkinkan adanya kehidupan dasar laut
B.     Suspensi ( Campuran )
Bilamana kita mencampurkan gula dengan air maka akan didapatkan larutan, namun jika kita mencampurkan pasir kedalam air, kita akan mendapatkan campuran. Ketika kita mencampurkan garam dan pasir maka yang akan kita dapatkan juga adalah campuran. Dengan menggunakan sepasang penjepit tipis akan dimungkinkan untuk memisahkan butiran pasir dari air atau sepotong batubara dari bubuk campuran, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan untuk memisahkan molekul-molekul gula dari air, karena ukurannya yang sangat kecil. Karena hal itulah yang membedakan suatu campuran dengan larutan. Dalam suatu campuran partikel-partikelnya berukuran cukup besar, sehingga mungkin untuk dipisahkan dengan menggunakan metode mekanik.
Misalnya dengan menggunakan ayakan campuran dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian penyusunnya. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan terhadap larutan dikarenakan ukurannya yang sangat kecil. Untuk memisahkan komponen dalam larutan harus menggunakan metode fisika seperti destilasi.
Jadi campuran tersusun dari pertikel-partikel yang berukuran cukup besar, sedangkan larutan tersusun dari partikel-partikel yang sangat kecil. Suspensi yang kadang kita temui, misalnya minuman kopi/ teh tubruk yang ampasnya bisa kita saring.
C.     KOLOID
Pada larutan, partikel-partikel tersebar secara merata, tetapi tidaklah terjadi pada campuran. Dalam campuran molekul-molekul tidak terpisah dan menyisakan partikel padat. Dari bagian ini terlihat ukurannya, bahwa larutan terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil dan campuran terbentuk dari partikel-partikel yang cukup besar.
Koloid adalah kondisi pertengahan, antara campuran dan larutan. Pada koloid terjadi dispersi (penyebaran) partikel-partikel kecil tetapi bukan berukuran molekul. Hal yang membedakan koloid dari larutan dan campuran adalah pada ukurannya.
Koloid adalah tersebarnya partikel-partikel kecil dengan ukuran 10-7 sampai 10-5 cm. Jika partikel yang lebih besar dari 10-5 cm maka disebut dengan campuran dan jika ukuran partikel lebih kecil dari  10-7 cm maka disebut dengan larutan. 


2.3 MACAM-MACAM LARUTAN

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.

Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan tan air.
Contoh soal komponen larutan
Tentukan pelarut dan zat terlarut dalam larutan alkohol 25% dan 75%?
Jawab:

a. Dalam larutan alkohol 25% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Zat terlarut = 25 % x 100 gram = 25 gram (alkohol)
Zat pelarut = 75% x 100 gram = 75 gram ( air)
b. Dalam larutan alkohol 75% misalnya terdapat 100 gram larutan alkohol.
Zat terlarut = 25% x 100 gram = 25 gram (air)
Zat pelarut = 75% x 100gram = 75 gram (alkohol)
Jadi, untuk larutan cair maka pelarutnya adalah volume terbesar.

2.4 SATUAN KONSENTRASI

Ø  Molalitas (m)
Molalitas merupakan satuan konsentrasi yang penting untuk menentukan sifat-sifat yang tergabung dari jumlah partikel dalam larutan.
Molalitas didefinisikan sebagai banyak mol zat terlarut yang dilarutkan dalam satu kilogram (1.000 gram) pelarut. Misalkan jika 2 mol garam dapur (NaCl) dilarutkan dalam 1.000 gram air maka molalitas garam dapur tersebut adalah 2 molal.
Secara matematis pernyataan tersebut dinyatakan seperti berikut.
m = n × 1000/p
m = massa/Mr x 1000/p
Keterangan:
m = molalitas larutan
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut (gram)
m = massa zat terlarur (gram)
Contoh
Jika kita melarutkan 9 gram gula sederhana (C6H12O6) ke dalam 500 gram air maka berapakah molalitas glukosa tersebut dalam larutan?
Penyelesaian:
Diketahui : m = 9 gram
Mr C6H12O6 = 180
p = 500 gram
Ditanya : molalitas (m) …?
Jawab :    m = 9/180 x 1000/500
= 0,1 molal
Jadi, kemolalan glukosa tersebut adalah 0,1 molal

Ø  Molaritas (M)
Pada saat kamu di laboratorium kimia, pernahkah kamu menemukan tulisan yang tertera pada botol wadah larutan kimia misal 0,5 M HCl? Apakah arti 0,5 M tersebut? 0,5 M HCl berarti bahwa larutan HCl mengandung 0,5 mol HCl dalam air yang cukup untuk membuat volume total 1 liter. Jadi molaritas (M) adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Secara matematik dinyatakan sebagai berikut.
M = n/V
Keterangan:
M = molaritas
n = mol
V = volume
Contoh
Hitunglah konsentrasi larutan yang dibuat dari 12 gram kristalMgSO4 yang dilarutkan dalam 250 mL air (Mr MgSO4 = 120)!
Penyelesaian:
Diketahui : Massa MgSO4 = 12 gram
Mr MgSO4 = 120
Volume air = 250 mL = 0,25 L
Ditanya : Molaritas (M)…?
Jawab : Mol (n) = massa MgSO4 / Mr MgSO4
= 12 g/120
= 0,1 mol
M =  n/V
= 0,1 mol/0,25 L
= 0,4 M
Jadi, konsentrasi larutan MgSO4 adalah 0,4 M

Ø  Fraksi Mol (x)
Fraksi mol (x) menyatakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen-komponen. Perhatikan contoh berikut. Misalkan 2 mol garam (NaCl) yang dinotasikan dengan A dilarutkan dalam 8 mol air yang dinotasikan dengan B, maka fraksi mol garam (xA) = 0,2 dan fraksi mol air (xB) = 0,8. Jadi, fraksi mol masing-masing komponen dalam suatu larutan dapat ditentukan sebagai berikut.
xA = nA / nA + nB                                xB = nB / nA + nB
Keterangan:
xA = fraksi mol zat A
nA = mol zat A
xB = fraksi mol zat B
nB = mol zat B
Contoh
Hitunglah fraksi mol zat terlarut bila 117 gram NaCl dilarutkan dalam 360 air! (Mr NaCl = 58,7)
Penyelesaian:
Mol NaCl = massaNaCl / MrNaCl
= 117 mol / 58,7
= 2 mol
Mol H2O = massa H2 O / MrH2 O
= 360 mol / 18
= 20 mol
Fraksi Mol NaCl = 2 / 2 + 20
= 0,091
Jadi, fraksi mol NaCl adalah 0,091

2.5 PANAS LARUTAN

Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut panas pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai pencemaran secara kimia. Energi ionisasi bila senyawa yang dilarutkan mengalami peristiwa ionisasi. Pada umumnya panas pelarut untuk garam – garam netral dan tidak mengalami disosiasi adalah positif, sehingga reaksinya isotermis atau larutan akan menjadi dingin dan proses pelarutan berlangsung secara adaibatis. Panas hidrasi, khususnya dalam sistem berair, biasanya negatif dan relatif besar. Perubahan entalpi pada pelarutan suatu senyawa tergantung pada jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya temperatur dan konsentrasi awal dan akhir dari larutannya.
Jadi panas pelarutan standar didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi pada suatu sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam n1 mol pelarut pada temperatur 250C dan tekanan atmosfir.
Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau pelarutan murni pada suhu dan tekanan sama. Entalpi suatu larutan pada suhu T relatif larutan dan zat terlarut dan terlarutan murni pada suhu T0 dinyatakan sebagai :
                       
                                    H = n1H1 + n2H2 + n2Hs2
Dimana :
-          H              = entalpi dari n1+n2 mol pelarut dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
         relatif terhadap suhu T0.
-          H1 dan H2 = entalpi molal dari komponen 1 dan 2 murni pada suhu relatif
         terhadap temperatur T0.
-          ∆HS2         = Panas pelarutan intergral dari komponen 2 pada suhu T.
Menurut hukum Hess bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak tergantung kepada jalannya reaksi tetapi hanya tergantung kepada keadaan awal dan akhir dari suatu reaksi.
Sebagai contoh penggunaan hukum Hess :
                                    CuSO4 (s) + aq  à CuSO4 (aq)                                       ∆H0= a Kj
                                    CuSO4.5H2O (s) + aq à  CuSO4 (aq) + 5H2O(aq)            ∆H0= b Kj
Sehingga :
                                    CuSO4.5H2O (s) + aq à  CuSO4 (aq) + 5H2O(aq)            ∆H0= (a-b) Kj

2.6 KELARUTAN DAN SUHU

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatupelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh namun ada juga larutan tak jenuh serta larutan tepat jenuh.. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Pelarut umumnya merupakan suatucairan yang dapat berupa zat murni ataupuncampuran. Zatyang terlarut, dapat berupagas, cairan lain, ataupadat. Kelarutan bervariasi dari selalu larutseperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah “tak larut”(insoluble) sering diterapkan padas enyaw a yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya adasangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain.
Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol (alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Larutan 40 % alkohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol dengan 40 % air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal) menjadi terlarut (menyerupai air).
Kita sangat sering melihat campuran di kehidupan sehari-hari, baik itu campuran homogen ataupun campuran heterogen. Campuran homogen merupakan campuran dimana semua bagian campuran memiliki susunan yang sama dan seragam. Campuran homogen disebut juga larutan Contoh campuran homogen adalah teh dan susu larutan teh dan susu merupakan contoh campuran homogen karena kita tidak bisa lagi membedakan komponen-komponen penyusun larutan tersebut, seperti bubuk susu, air,dan gula. Karena komponen-komponen dalam larutan ini sudah tercampur menjadi satu dan memiliki susunan komponen yang sama di semua bagian larutan.
Campuran heterogen merupakan campuran yang penyusunnya tidak seragam atau tidak sama.contoh campuran heterogen adalah campuran antara tanah dengan batu krikil: campuran antara tanah dan batu krikil merupakan contoh campuran heterogen karena kita masih dapat membedakan komponen-komponen penyusunnya. Seperti terlihat pada gambar kita masih dapat membedakan komponen penyusun campuran antara tanah dan batu krikil karena di semua bagian campuran tersebut tidak seragam sehingga kita bisa membedakannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like). Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).
Pengaruh Temperatur(Suhu) pada Kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.

2.7 TEKANAN UAP LARUTAN SERTA PENGARUH TEKANAN PADA KELARUTAN

Penguapan adalah peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan kelompoknya. Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair, semakin mudah zat cair tersebut menguap. Semakin mudah zat cair menguap, semakin besar pula tekanan uap jenuhnya. Dalam suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut menghalangi gerak molekul pelarut untuk berubah dari bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah dari tekanan uap jenuh larutan murni.
1. Pengertian Tekanan Uap
Kemudahan suatu zat menguap ditentukan oleh kekuatan gaya antarmolekul (tegangan permukaan). Semakin lemah gaya antarmolekul semakin mudah senyawa itu menguap. Pada suhu rendah, molekul-molekul zat dapat meninggalkan permukaan cairan membentuk kesetimbangan dengan cairan yang berada Gambar 1.1). Molekul-molekul fasa uap menimbulkan tekanan yang disebut tekanan uap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan uap salah satunya adalah suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin besar tekanan uapnya. Contohnya adalah tekanan uap air berbeda pada setiap temperatur.

2. Penurunan Tekanan Uap Larutan
Apa yang terjadi dengan tekanan uap jika ke dalam suatu cairan (misalnya, air) dimasukkan zat yang tidak mudah menguap (misalnya, gula pasir)? Adanya zat terlarut nonvolatile (tidak mudah menguap) di dalam suatu pelarut dapat menurunkan tekanan uap pelarut. Akibatnya, tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut murninya. Mengapa?
Fakta tersebut dapat dijelaskan jika tekanan uap air murni lebih besar dari tekanan larutan yang mengandung zat nonvolatil, dan adanya kesetimbangan dinamis antara fasa uap dan cairannya. Oleh karena tekanan uap air murni lebih besar dari tekanan uap larutan gula maka untuk mencapai keadaan kesetimbangan, uap air murni akan diserap oleh larutan gula sampai tekanan uap di atas permukaan kedua cairan itu sama dan setimbang. Proses tersebut menghasilkan perpindahan molekul-molekul air dari pelarut murni melalui fasa uap ke dalam larutan gula sampai tekanan uap pada kedua permukaan cairan mencapai kesetimbangan.
Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam air.

2.8 TEKANAN OSMOSIS

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan partikel zat pelarut agar tidak berpindah ke larutan konsentrasi tinggi. Proses osmosis terjadi apabila kedua larutan yang dipisahkan oleh membran semipermeabel memiliki tekanan osmotik yang berbeda. Untuk larutan yang terdiri atas zat nonelektrolit, maka tekanan osmotik berbanding lurus dengan konsentrasi (kemolaran) zat terlarut, yang dirumuskan sebagai berikut:
π = M . R . T
Keterangan:
π = tekanan osmotik (atm)
M = konsentrasi larutan (mol/L)
R = tetapan gas ideal (0,082 L atm mol/ K)
T = suhu (K)

Osmosis memiliki manfaat yang sangat besar dalam kehidupan, Bagi tumbuhan, proses osmosis diperlukan dalam penyerapan air dan mineral dari dalam tanah. Bagi hewan dan manusia, proses osmosis diperlukan untuk distribusi zat makanan ke seluruh sel. Osmosis terjadi pada larutan yang berbeda konsentrasinya dan kedua larutan tersebut dipisahkan oleh membran semipermeabel. Membran semipermeabel hanya dapat dilewati oleh partikel dari zat pelarut. Larutan dengan konsentrasi rendah (larutan encer) memiliki partikel zat pelarut yang lebih banyak daripada larutan dengan konsentrasi tinggi (larutan pekat). Pada peristiwa osmosis partikel zat pelarut dari kedua larutan dapat bergerak melewati membran semipermeable, akan tetapi kecepatan gerak partikel zat pelarut yang ada dalam larutan konsentrasi rendah lebih besar daripada kecepatan gerak partikel dalam konsentrasi tinggi.
Contoh soal
Tentukan tekanan osmotik larutan glukosa 0,03 M pada suhu 29°C! Penyelesaian:
π = MxRxT
0,03M x 0,082 Latm mol/K x (29+273) K
=. 0,74atm
Jadi, tekanan osmotik larutan glukosa tersebut adalah 0,74 atm.

2.9 LARUTAN ELEKTROLIT

Ø  Pengertian Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit merupakan larutan yang bisa menghantarkan arus listrik. Dalam larutan elektrolit molekul-molekulnya terurai (terdisosiasi) menjadi partikel-partikel bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut dengan ion (ion positif-ion negatif). Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Jumlah dari muatan ion positif dan ion negatif akan sama sehingga muatan ion-ion dalam larutan netral. Ion-ion inilah yang kemudian menghantarkan arus listrik.
Perubahan kimia larutan ini ditandai dengan perubahan warna, munculnya gelembung gas dan adanya endapan, serta jika diuji dengan alat uji elektrolit larutan ini mampu menyalakan sebuah lampu. Semakin banyak ion yang terbentuk, maka semakin kuat sifat elektrolit larutan tersebut.


Ø  Jenis-Jenis Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit terbagi atas 3 yang mempunyai ciri-ciri tersendiri seperti yang ada dibawah berikut ini :
1. Larutan Elektrolit Kuat  
Larutan elektrolit kuat, yakni larutan yang semua molekulnya terurai mejadi ion-ion (terionisasi sempurna). Oleh karena banyaknya ion-ion penghantar listrik yang terbentuk, maka daya hantarnya juga kuat. Umumnya larutan elektrolit kuat adalah larutan garam.
Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Kuat
Penghantar arus listrik kuat atau baik
Terionisasi dengan sempurna
Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 1
Jika diuji, larutan elektrolit kuat memiliki nyala lampu yang terang dan muncul gelembung gas yang banyak
Contohnya :
Garam (NaCl, KCl, CuSO4 dan KNO3),
Asam Kuat (HCl, HI, HBr, H2SO4 dan HNO3), dan
Basa Kuat (NaOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2 dan KOH)
Reaksi penguraian elektrolit kuat ditulis dengan tanda anak panah tunggal ke kanan. Contoh reaksi elektrolit kuat :
NaCl (aq) → Na+ (aq) + Cl– (aq)
H2SO4 (aq) → 2 H+ (aq) + SO4 2- (aq)
NaOH (aq) → Na+ (aq) + OH– (aq)
2. Larutan Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah, yakni larutan yang tidak semua molekulnya terionisasi (ionisasi tidak sempurna), sehingga hanya sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan listrik.
Ciri-Ciri Larutan Elektrolit Lemah
Penghantar listrik yang kurang baik atau lemah
Terionisasi sebagian
Tetapan atau derajat ionisasi (a) 0< a <1
Jika diuji, larutan elektrolit lemah nyala lampunya lemah dan muncul gelembung gas yang sedikit.
Contoh Larutan Elektrolit Lemah
Asam Lemah (HCN, H3PO4, CH3COOH, dan C2O3)
Basa Lemah (NH4OH, Al(OH3),
dan Fe(OH)3).
3. Larutan Non Elektrolit 
Larutan non-elektrolit merupakan larutan yang tidak bisa menghantarkan arus listrik. Larutan-larutan non-elektrolit terdiri atas zat-zat yang terlarut dalam air namun tidak terurai menjadi ion (tidak terionisasi). Dalam larutan, zat not-elektrolit tetap seperti molekul yang tidak bermuatan listrik. Itulah mengapa larutan ini tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Ciri-Ciri Larutan Non Elektrolit
Tidak dapat terionisasi
Tidak dapat menghantarkan arus listrik atau isolator
Tetapan atau derajat ionisasi (a) a = 0
Jika diuji, Larutan Non Elektrolit, tidak menyala dan tidak muncul gelembung gas.
Contoh Larutan Non Elektrolit
Urea = CO (NH2)2
Glukosa = C6H12O6
Sukrosa = C12H22O11
Etanol = C2H2OH
Contoh reaksi larutan non-elektrolit
C6H12O6 (s)   C6H12O6 (aq)

2.10 PENURUNAN TITIK BEKU DAN KENAIKAN TITK DIDIH

Suatu zat cair dikatakan mendidih jika tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer (tekanan udara luar) di atas permukaan cairan. Adapun suatu zat dikatakan membeku jika partikel-partikel zat itu berada dalam kisi-kisi kesetimbangan sehingga tidak terjadi gerakan partikel, selain getaran di tempatnya.
a)      Kenaikan Titik Didih Larutan (ΔTd / ∆Tb)
Tahukah kamu bagaimana terjadinya pendidihan? Pendidihan terjadi karena panas meningkatkan gerakan atau energi kinetik, dari molekul yang menyebabkan cairan berada pada titik di mana cairan itu menguap, tidak peduli berada di permukaan teratas atau di bagian terdalam cairan tersebut.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-molekul yang berada dalam larutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang rendah, maka molekul-molekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu tertentu akan memiliki titik didih yang lebih rendah.
Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara 760 mmHg disebut titik didih standar atau titik didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan).
Telah dijelaskan di depan bahwa tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarutnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Hubungan antara tekanan uap jenuh dan suhu air dalam larutan berair ditunjukkan pada Gambar 1. berikut.
Gambar 1. Diagram P – T air dan suatu larutan berair. (Sumber: Kimia untuk Universitas)
Garis mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut dinyatakan dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi daripada titik didih air (titik D). [1]
Oleh karena tekanan uap larutan zat non volatil lebih rendah dari pelarut murninya maka untuk mendidihkan larutan perlu energi lebih dibandingkan mendidihkan pelarut murninya. Akibatnya, titik didih larutan akan lebih tinggi daripada pelarut murninya.
Besarnya kenaikan titik didih larutan, ΔTd (relatif terhadap titik didih pelarut murni) berbanding lurus dengan kemolalan larutan. Dalam bentuk persamaan dinyatakan dengan: ΔTd /  ∆Tb ≈ m, atau ;

ΔTd = Kd x m

Kd adalah tetapan kesetaraan titik didih molal. Harga Kd bergantung pada jenis pelarut (Tabel 1).
Tabel 1. Tetapan Kenaikan Titik Didih Molal (Kd) Beberapa Pelarut
Pelarut 
Titik Didih (°C)
Kd (°C m–1)
Air (H2O)
Benzena (C6H6)
Karbon tetraklorida (CCl4)
Etanol (C2H6O)
Kloroform (CHCl3)
Karbon disulfida (CS2)
100
80,1
76,8
78,4
61,2
46,2
0,52
2,53
5,02
1,22
3,63
2,34
Sumber: General Chemistry, 1990

Pada Tabel 1. tampak bahwa Kd air = 0,52 °C m–1. Artinya, suatu larutan dalam air dengan konsentrasi satu molal akan mendidih pada suhu lebih tinggi sebesar 0,52 °C dari titik didih air. Dengan kata lain, titik didih larutan sebesar 100,52 °C.
Contoh Soal Menghitung Titik Didih Larutan (1) :
Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 5 g gliserol (C3H8O3, Mr = 92) ke dalam 150 g air. Berapakah titik didih larutan, jika titik didih air 100 °C? (Kd air = 0,52 °C m–1)
Jawaban :

molalitas larutan =  = 0,36 m
ΔTd = Kd x m = 0,52 °C m–1 x 0,36 m = 0,19 °C
Jadi, titik didih larutan adalah 100,19 °C.

Data kenaikan titik didih larutan dapat dipakai untuk menentukan massa molekul relatif zat terlarut. Oleh karena kenaikan titik didih berbanding lurus dengan molalitas larutan maka massa molekul relatif zat terlarut dapat ditentukan dengan mengubah persamaan molalitasnya.

ΔTd = Kd  

Mr zat terlarut = Kd x 

Contoh Soal Menghitung Mr Berdasarkan Data Td Larutan (2) :
Zat X sebanyak 7,4 g dilarutkan dalam 74 g benzena menghasilkan titik didih larutan sebesar 82,6 °C. Tentukan massa molekul relatif zat X. (Titik didih benzena 80,2 °C dan tetapan titik didih molal benzena 2,53 °C m–1)
Pembahasan :

Mr X = 2, 36 °C m–1 x 
Mr X = 105,42
Jadi, massa molekul relatif zat X adalah 105,42.

2.11 DESTILASI BERTINGKAT

Untuk memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap atau sulit dimurnikan hingga mencapai tingkat kemurnian tinggi dilakukan destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat sebenarnya adalah suatu proses destilasi berulang-ulang . Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksionasi. Kolom fraksionasi terdiri atas beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang naik keplat yang lebih tinggi lebih banyak mengandung cairan yang lebih volatil (atsiri = mudah menguap) sedangkan cairan yang kurang volatil lebih banyak dalam kondensat.
Contoh distilasi bertingkat adalah pemisahan campuran alkohol-air (lihat gambar berikut ini.


Titik didih alkohol adalah 78 derajat celcius dan titik didih air 100 derajat celcius. Titik didih campuran bergantung pada komposisinya. Campuran tersebut dipanaskan dalam labi didih pada suhu sekitar 78 derajat celcius alkohol mulai mendidih, tetapi sebagian air juga ikut menguap. Oleh karena itu alkohol lebih mudah menguap , kadar alkohol dalam uap lebih tinggi dari pada alkohol dalam campuran semula.
Ketika mencapai kolom fraksionisasi, uap mengembun dan memanaskan kolom tersebut. Setelah satu kolom mencapai 78 derajat celcius, alkohol tidak lagi mengembun sehingga uap yang mengandung lebih banyak alkohol naik ke kolom diatasnya, sedangkan sebagian air turun kedalam labu didih. Proses seperti itu berulang beberapa kali (bergantung pada banyaknya plat dalam kolom), sehingga akhirnya diperoleh alkohol yang lebih murni . Jika termometer menunjukkan kenaikan suhu berarti sebagian besar alkohol telah diuapkan dan distilasi dihentikan. Contoh lain dari distilasi bertingkat adalah pemurnian minyak bumi, yaitu memisahkan gas,bensin,minyak tanah dan sebagainya dari minyak mentah.



Daftar pustaka

http://www.labsmk.com/2017/05/pengertian-distilasi-bertingkat-beserta.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar