Kamis, 02 November 2017

REVIEW KIMIA DASAR PERTEMUAN KEENAM


REVIEW KIMIA DASAR
PERTEMUAN KEENAM


 Hasil gambar untuk logo unja

NAMA : LUFITA
NIM : A1C217021
DOSEN PENGAMPU : Dr. YUSNELTI, M.Si

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017



BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
            Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antar perubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalm pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada nuklir. Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Oleh karena itu perlu adanya pengamatan dan pencarian informasi baik secara langsung melihat benda itu maupun mempelajari teori-teorinya untuk memperdalam hazanah ilmu pengetahuan kita. Sehingga diharapkan kita tidak mudah heran dengan suatu reaksi yang tidak pernah kita bayangkan akan seperti yang kita lihat.


2. Tujuan
·         Mengetahui apa saja reaksi kimia kmia yang terdapat dalam larutan air
·         Mengetahui istilah – istilah yang ada dalam larutan
·         Menegtahui tentang elektrolit
·         Mengetahui reaksi antara ion – ion
·         Mengetahui reaksi asam basa
·         Mengetahui proses terjadinya reaksi metatesis



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 REAKSI KIMIA DALAM LARUTAN AIR
Salah satu pelarut yang paling penting bagi reaksi kimia adalah air. Air suatu zat yang umum tapi merupakan pelarut yang baik untuk bermacam zat kimia baik yang berbentuk ion atau molekul. Malah, kemampuan air untuk melarutkan bermacam zat kimia dalam berbagai derajat merupa­kan kekhawatiran pokok dari masyarakat modern sekarang, yang se-clang bergumul dengan bertambahnya persoalan pencemaran air pada daerah padat penduduk. Banyaknya perhatian yang telah diberikan pada reaksi dalam larutan air, sebagian karena air merupakan pelarut umum yang mudah didapat dalam laboratorium dan sebagian lagi karena ada­nya reaksi pencemaran air yang potensial disekeliling kita dan jugs disebabkan karena air merupakan media dimana reaksi biokimia terjadi.

2.2 ISTILAH-ISTILAH PADA LARUTAN
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut
(solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol.
Banyak istilah yang kita pakai pada pembicaraan mengenai larutan telah diperkenalkan pada modul Termasuk istilah pelarut (solven) dan zat terlarut (solut). Solven umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya dianggap sebagai solut. Pada larutan yang mengandung air maka air tersebut selalu dianggap sebagai solven walaupun jumlahnya relatif sedikit. Misalnya pada cam­puran dari H2SO4 96% dan H2O 4% berat, dinamakan "asam sulfat pekat", menggambarkan bahwa sejumlah besar asam sulfat dilarutkan dalam sedikit air, jadi air merupakan solven dan H2SO4 solutnya.
lstilah lain yang adalah pekat dan encer. Canaan pekat mengandung relatif lebih banyak solut dibanding solven se­dangkan larutan encer mengandung relatif lebih sedikitsolut dibanding solvennya. Ditekankan di sini kata relatif, sebab ada larutan disebut pekat bila dibandingkan dengan larutan lain yang mempunyai perban­dingan solut lebih rendah terhadap solvennya. Dalam beberapa hal, ada batas dari jumlah solut yang dapat lanit dalam sejumlah solven pada temperatur tertentu. Misalnya bila kita tambahkan natrium klorida pada 100 ml air pada 0°C hanya 35,79 g garam yang akan larut, berapapun banyaknya jurnlah garam yang kita masulckan. Kelebihan NaCl rya akan mengendap di dasar wadah.

Larutan dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1.      Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
2.      Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
3.      Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

2.3 ELEKTROLIT
Umumnya air adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa ion dan larutan air yang yang mengandung zat-zat ini akan mempunyai sifat-si­ fat yang khan, salah satu adalah dapat meneruskan arcs listrik. Dapat diperlihatkan oleh alai pada Gambar 5.2. Bila elektroda dicelupkan ke dalam air murni, bola lampu tak akan menyala karena air adalah kon­ duktor listrik yang sangat jelek. Tetapi bila suatu senyawa ion yang larut seperti NaCI ditambahkan pada air, setelah solutnya lanit, bola lampu mulai menyala dengan terang. Senyawa seperti NaCl yang membuat larutan menjadi konduktor listrik disebut elektrolit.
Bagaimana keterangan dari sifat konduktor listrik larutan senyawa ion dalam air ini? Ketika zat larut dalam air, ion-ion yang tadinya terikat kuat dalam zat padatnya akan lepas dan melayang-layang dalam larutan, bebas satu dengan yang lain. Dikatakan senyawa telah terdisosiasi atau melepaskan diri menghasilkan ion-ion dan adanya ion-on bebas inilah yang menyebabkan larutan menjadi konduktor listrik.
Keterangan mengenai elektrolit ini pertama kali diberikan oleh Svante Arrhenius , ahli kimia terkeital dari Swedia. Sangatlah menarik untuk disimak bahwa hampir saja is tak diberikan gelar doktornya pada tahun 1884 di Universitas Upsala, Swedia, karena mengemukakan hal ini. Bagaimanapun teorinya tetap bertahan sampai kini, karena telah menerangkan dengan sukses mengenai sifat larutan garam.
Bila senyawa ion berdisosiasi dalam air, ion-ionnya tak bebas sama sekali, karena ion-ion tersebut akan dihalangi oleh molekul-molekul air sehingga dikatakan akan terhidrasi. Hal ini dinyatakan dengan tulisan (aq) dibelakang dari rumus ion-ion tersebut. Misalnya pada disosiasiNatrium klorida yang terjadi bila zat padatnya dilarutkan dalam air dapat atakan dalam persamaan:
NaCl(s) ----> Na+(aq) + CI-(aq)
Kerapkali, untuk mudahnya huruf s dan aq dihilangkan saja. Terbentuknya ion-ion dalam larutan tak hanya terbatas untuk senya­ wa ion saja. Banyak juga zat berbentuk molekul yang bereaksi dengan air akan menghasilkan ion-ion sehingga juga merupakan suatu elek­trolit. Contohnya adalah HCI. Bila gas HCI dilarutkan dalam air, akan terjadi reaksi sebagai berikut:
HCI(g) + H20 à H2O +(aq) + Cl-(aq)
Reaksi semacam ini biasanya disebut reaksi ionisasi karena mengha­ silkan ion-ion yang sebelurnnva tak ada (Tetapi sering disebut sebagai disosiasi agar tak usah menggunakan istilah yang berbeda untuk elek­ trolit ion dan molekul). Reaksi terjadi karena adanya perpindahan pro­ ton atau ion hidrogen (H+) dan molekul HCI ke molekul air meng­hasilkan ion hidronium H2O+ dan ion klorida (CI-). Sehingga walaupun hidrogen klorida murni berada sebagai molekul yang kelistrikannya netral (cairan HCI tak menghantarkan listrik) bila dilarutkan dalam air akan teqadi reaksi kimia dan menghasilkan ion dan menjadi suatu elektrolit.
Seperti terlihat, ion hidronium merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan pada reaksi kimia dalam lamtan air. Sangatlah berguna untuk menganggap ion hidronium itu sebagai ion H+ atau proton yang berasosiasi dengan molekul air. Kita dapat melakukan hal ini karena bila ion hidronium bereaksi, akan dilepaskan protonnya dan yang tinggal molekul air sebagai salah satu hasil reaksi. Sebetulnya H20 dari ion hidronium hanya bertindak sebagai pembawa untuk ion H+. Karena itu ion hidronium sering ditulis sebagai H+, dan kita sering membicarakan ion H30+ sebagai ion hidrogen. Bila H20 dari H30+ ion kita hilangkan, disosiasi HCI dapat ditulis sebagai berikut:
HCI(aq) à 4 H+(aq) + Cl-(aq)
Walaupun kita menulis hanya H+harus selalu diingat bahwa paling sedikit satu tapi mungkin ada beberapa lagi molekul H20 yang berasosi­ dengan proton ini dalam larutan.

2.3.1 Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah
Dua contoh elektrolit yang dibicarakan diatas yaitu NaCl dan HCl, dalam larutan akan terdisosiasi secara sempurna; 1 mol NaCl akan memberikan 1 mol Na+ dan 1 mol Cl-, demikian juga 1 mol HCl akan menghasilkan 1 mol ion H+dan 1 mol ion Cl-. Zat-zat semacam NaCI dan HCI yang dalam larutan akan terdisosiasi sempurna disebut elektrolit kuat.
Banyak juga zat-zat yang berbentuk molekul bila dilarutkan dalam air yang sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk terionisasi. Contohnya alkohol dan gula. Bila senyawa-senyawa ini dilarutkan dalam air, molekul-molekulnya hanya bercampur dengan molekul-­molekul air membentuk larutan yang homogen, tetapi larutannya tak mengandung ion-ion karena solutnya tak bereaksi dengan air. Karena solut ini tak menghasilkan ion dalam larutan, larutannya tak menghan­tarkan listrik dan solut semacam ini dinamakan non elektrolit.
Diantara elektrolit kuat dan nonelektrolit ada sejumlah senyawa yang disebut elektrolit lemah. Senyawa-senyawa ini menghasilkan larutan yang menghantarkan listrik, tetapi lemah sekali. Contohnya asam asetat CH3COOH suatu zat yang membuat cuka rasanya asam. Bila elektroda dari alas konduktor dicelupkan ke dalam larutan asam ini dari bola lampu hanya redup saja.
Dalam larutan asam asetat, hanya sebagian kecil dari molekul asam asetat yang dihasilkan reaksi berikut ini berbentuk ion
CH3COOH (aq) à CH3COO- (aq) + H+ (aq)
MisaInya dalam larutan CH3COOH 1,0 M hanya kira-kira 0,42% yang bereaksi. Sisanya masih tetap berbentuk molekul yang tak bermuatan.
Sangatlah penting untuk dibicarakan sebab dari keterbatasan dari derajat disosiasi elektrolit lemah ini, karena hal ini akan mengabaikan hal-hal penting dari konsep kimia, sehingga akan diuraikan dalam modul dibelakang.
Pada larutan asam asetat, molekul-molekul CH3COOH secara tetap akan bertumbukan dengan molekul air dan setiap tumbukan ada ke­mungkinan sebuah proton dari molekul CH3COOHakan berpindah ke molekul air dan menghasilkan H+ serta CH3COO- ion. Tapi dalam larutan ini ada juga pertemuan antara ion asetat dan ion hidronium. Bila kedua ion ini bertemu, kemungkinan besar dari ion H+ akan melepaskan protonnya ke ion CH3COO- untuk membentuk kembali mo­lekul-molekul CH3COOHdan H20. Sehingga dalam larutan ini ada dua reaksi yang berjalan bersamaan
1.      CH3COOH + H2O à H+ + CH3COO-
2.      H+ + CH3COO- à CH3COOH + H2O
Biila kecepatan reaksi (1) untuk membentuk ion-ion sama dengan ke­cepatan reaksi (2) yang menghilangkan ion-ion tersebut, maka konsen­trasi masing-masing zat dalam larutan tak akan berubah. Malah mulai saat ini konsentrasi masing-masing zat akan tetap, walaupun bila kita teliti ada beberapa unit CH3COOHyang kadang-kadang berbentuk ion CH3COO- , kadang-kadang sebagai molekul CH3COOH. . Keadaan sema­cam ini disebut seimbang. Disebut keseimbangan dinamik karena dalam larutan selalu terjadi perubahan - tedadi dua rekasi: ion-ion bereaksi menjadi molekul dan molekul bereaksi membentuk ion-ion.
Untuk menunjukkan adanya reaksi kesetimbangan dalam suatu reaksi, digunakan dua tanda panah == > pada reaksi kimianya. Sehingga, kesetimbangan yang kita bicarakar, ditulis sebagai berikut:
CH3COOH + H2O == > H+ + CH3COO-
Penggunaan panah dua arah ini menyatakan bahwa kecepatan reaksi dari kiri ke kananadalah sama dengan kecepatan reaksi dari kanan ke kiri. Dalam larutan asam asetat kecepatan reaksi yang sama ini terjadi sewaaktu sedikit asam asetat yang telah terionisasi. Dalam hal semacam ini dikatakan bahwa larutan asam asetat kecil. Jadi keadaan setimbang yaitu perbandingan relatif antara pereaksi dan hasil reaksi lebih kuat ke kiri berarti lebih banyak ke arah bentuk molekul. Dengan kata lain hampir seluruh asam asetat berada dalam bentuk tak terionisasi.     
Untuk elektrolit kuat seperti HCl, reaksi dari ion-ionnya untuk mem­bentuk molekul kemungkinannya tak ada. Bila ion H+ bertemu de­ngan ion Cl- dalam larutan, tak terbentuk apa-apa. Sebab itu bila HCl dilarutkan dalam air, hanya reaksi ke kanan yang terjadi dan segera seluruh HCl akan berubah menjadi ion-ion. Solut akan terionisasi 100%. Bila kita menulis persamaan reaksi untuk elektrolit kuat dalam air, kita hilangkan tanda panah ke kiri karena reaksinya tak terjadi. Karena itu untuk reaksi HCl ditulis
HCL(aq) + H2) à H+ + Cl -(aq).

2.4 REAKSI ANTARA ION-ION
Banyak reaksi-reaksi kimia yang dilakukan dalam laboratorium, yang merupakan bagian dalam pelajaran kimia, melibatkan elektrolit-elek­trolit yang dilarutkan dalam air. Umumnya, reaksi-reaksi ini terjadi antara ion-ion yang ada dalam larutan, sebab itu dapat disebut reaksi ­reaksi ion. Contoh yang khas adalah reaksi yang tedadi bila larutan natrium klorida dan perak nitrat dicampur, yang diperlihatkan dalam. Ketika larutan yang satu ditambahkan pada yang lain, suatu. endapan putih dari perak klorida terbentuk. Bila larutan natrium klorida mengandung 1 mol NaCl dan larutan perak nitrat mengandung 1 mol AgNO3Maka 1 mol AgCI akan terbentuk dan larutan akan me­nganduilg I mol NaNO3 yang terlarut. Bila diinginkan, kita dapat memi­sahkan AgCI dari larutan dengan jalan menyaring campuran. Bila filtrat, air yang jernih yang melalui kertas caring, diuapkan, yang tinggal adalah kristal NaNO3. Persamaan kimia untuk perubahan yang terjadi adalah
AgNO,(aq) + NaCI(aq) à AgC1(s) + NaNO,(aq)
Reaksi semacam ini, dimana terjadi pertukaran tempat dari anion dan kation dinamakan metatesis atau perubahan rangkap, (Cl- menggan­tikan NO, - dan NO3 - menggantikan CI-).
Persamaan di atas dinamakan persamaan molekuler, sebab semua pereaksi dan hasil reaksi ditulis seolah-olah zat-zat tersebut berbentuk molekul. (Tentunya kamu telah mengetahui bahwa zat-zat ionik dalam keadaan padat maupun larutan tak berbentuk sebagai molekul. Di­namakan saja persamaan molekuler karena tak diperlihatkan adanya ion-ion).
Penyajian yang lebih tepat dari reaksi ini seperti yang terjadi sesung­guhnya didapat bila kita memperhatikan apa yang terjadi bila solut dilarutkan dalam air. Seperti telah dibicarakan sebelumnya, tiap senyawa ion yang larut, pada larutan berada bukan dalam bentuk molekul tapi sebagai ion-ion yang tersebar dalam pelarut. senyawa ini 100% akan terdisosiasi. sebab itu, dalam air NaCl berada dalam bentuk ion Na+ dan Cl-. Demikian juga larutan AgNO3, berada sebagai ion Ag+ dan ion NO3 -. Bila kedua larutan dicampur, eat padat AgCI terbentuk karena bergabungnya ion Ag+ dan ion CI-. Zat padat dalam larutan yang terben­tuk karena reaksi kimia dinamakan suatu endapan. Larutan yang ada setelah terbentuk AgCI hanya mengandung ion Na+ dan ion NO3-, jadi adalah larutan Natrium Nitrat NaNO3. Untuk menunjukkan zat-zat Yang seluruhnya terdisosiasi dalam reaksi ini kita tulis persamaannya sebagai berikut:
Ag’(aq) + NO, -(aq) + Na-(aq) + C1 (aq) ---> AgCl(.Y) + Na’(aq) + NO-(aq)
Persamaan ini disebut persamaan ionik dan didapat dengan menulis rumus dari tiap elektrolit kuat yang larut dalam bentuk terdisosiasi dan. rumus "yang tak larut dalam bentuk molekuler".
Bila diperiksa persamaan ionik dari reaksi ini, terlihat bahwa ion Na+ dan NO3 – tak mengalami perubahan. Ion Na+ dan NO3 - yang sama tetap

2.5 REAKSI ASAM BASA
2.5.1 PENGERTIAN ASAM BASA                                                                                                   
Pengertian Reaksi Asam Basa (Reaksi Penetralan) didalam Ilmu Kimia adalah suatu Reaksi Kimia yang melibatkan Reagen (Zat atau Senyawa Kimia) Asam dan Reagen Basa yang dapat menghasilkan Garam dan Air. Reagen Asam yang dipakai dapat berupa Asam Lemah ataupun Asam Kuat, begitu pula dengan Reagen Basa yang dipakai bisa berupa Basa Lemah ataupun Basa Kuat.
2.5.2 TEORI ASAM BASA
1. Teori Asam Basa Arrhenius
Teori Asam dan Basa ini dikemukakan oleh Svante August Arrhenius yang merupakan Seorang Ilmuwan Kimia berasal dari Swedia yang lahir pada tanggal 19 Februari 1859 sampai 02 Oktober 1927 silam. Svante August Arrhenius pada tahun 1884 Silam menjelaskan bahwa Kekuatan Asam didalam Air tergantung pd Konsentrasi Ion – Ion Hidrogen didalam-nya.
Menurut Svante August Arrhenius bahwa Asam adalah Zat yang jika didalam Air dapat melepaskan Ion Hidrogen (H+), sebenarnya Ion – Ion Hidrogen yang dihasilkan oleh Asam tersebut ketika dilarutkan didalam Air akan terkait dengan Molekul – Molekul Air (H2O) dalam bentuk Ion Hidronium yakni Ion Positif yg dibentuk atas penambahan sebuah Ion Hidrogen (Proton) pada sebuah Molekul Air.
Namun tidak semua Senyawa Hidrogen itu Asam misalnya Etanol yang mempunyai Rumus Kimia C2H5OH, walaupun didalam Etanol terdapat Unsur H namun Etanol bukanlah Asam. Kemudian Asam berdasarkan Kekuataannya menurut Svante August Arrhenius ini terdiri dari Asam Kuat dan Asam Lemah, sedangkan jika dilihat dari Jumlah Ion H+ yang dilepaskannya maka dibedakan menjadi Asam Monoprotik, Asam Diprotik dan Asam Triprotik.
Lalu Teori Asam Basa Menurut Arrhenius ini bahwa Asam adalah senyawa yg dalam Air mampu menghasilkan Ion Hidroksida (OH-) dan Basa berdasarkan pada Ion OH- yang dilepaskan tersebut pada reaksi Ionisasi Basa maka dibedakan menjadi dua macam yang antara lain Basa Monohidrolik dan Basa Polihidroksi.

2. Teori Asam Basa Bronsted – LowryTeori Asam Basa Bronsted dan Lowry ini merupakan sebuah Teori yang melengkapi dari kekurangan Teori Asam dan Basa Arrhenius karena tak semua Senyawa itu bersifat Asam ataupun Basa dapat menghasilkan sebuah Ion H+ atau OH- jika dilarutkan didalam Air.Teori Asam Basa Menurut Bronsted – Lowry bahwa Asam ialah Senyawa yg bisa menyumbang proton yakni Ion H+ ke Senyawa atau Zat Lain. Sedangkan Basa ialah Senyawa yg bisa menerima Proton, yakni Ion H+ dari Senyawa ataupun Zat Lain. Lalu menurut Johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry bahwa Zat mampu berperan baik sebagai Asam ataupun Basa, jika Zat tertentu lebih mudah melepas Proton dan Zat tersebut akan berperan sebagai Asam dan Lawannya berperan sebagai Basa.Sebaliknya jika Suatu Zat lebih mudah menerima Proton maka Zat tersebut akan berperan sebagai basa dan dalam suatu Larutan Asam dalam Air, Air tersebut berperan sebagai Basa. Namun didalam Teori Asam – Basa Bronsted Lowry ini memiliki kelemahan yakni tak dapat memperlihatkan Sifat Asam maupun Sifat Basa suatu senyawa jika tidak terdapat proton yang terlibat didalam Reaksi.3. Teori Asam Basa LewisGilbert Newton Lewis merupakan Ilmuwan Kimia berasal dari Amerika Serikat yang lahir pada 23 Oktober 1875 dan meninggal pada 23 Maret 1946 yang terkenal dengan penemuan – penemuannya seperti Ikatan Kovalen, Struktur Lewis dan Asam Basa Lewis. Menurut Gilbert Newton Lewis bahwa Teori Asam – Basa merupakan masalah dasar yg harus diselesaikan dengan landasan Teori Struktur Atom, bukan berdasarkan oleh hasil percobaan.Adapun Teori Asam Basa Menurut Lewis bahwa Asam ialah Zat yang dapat menerima Elektron dan menurut Lewis bahwa Basa ialah Zat yang bisa mendonorkan Pasangan Elektron. Semua Zat yg didefinisikan sebagai Asam didalam Teori Asam – Basa Arrhenius juga merupakan Asam di dlm Kerangka Teori Lewis ini karena Proton ialah Aksepator Pasangan Elektron dan didalam Reaksi Netralis Proton dapat membentuk ikatan koordinat dengan Ion Hidroksida. 
2.5.3 SIFAT-SIFAT ASAM BASA
1. Sifat-sifat asam yaitu :
·         Rasanya masam/asam
·         Bersifat korosif atau merusak
·         Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam menjadi ion-ion dapat di tuliskan sebagai berikut: HA (aq)  H+ (aq) + A- (aq)
·         Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus tersebut menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas lakmus yang berwarna merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah warna. Indikator adalah suatu alat untuk menunjukkan suatu zat apakah bersifat asam maupun basa.
2. Sifat-sifat basa yaitu:
·         Rasanya pahit
·         Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
·         Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil dan ion logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH- hampir seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk basa kuat atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang rendah dan begitu juga sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa menjadi ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut: BOH (aq)  B+ (aq) + OH- (aq)
·         Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan mengubah warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan kertas lakmus biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.
Sebagai Contoh bila Asam Kuat direaksikan dg Basa Kuat maka akan menghasilkan suatu Garam Netral dengan pH sama dengan 7 dan jika Asam Kuat direaksikan dengan Basa Lemah maka akan menghasilkan suatu Garam dengan Sifat Asam. Namun jika Asam Lemah direaksikan dengan Basa Kuat maka akan menghasilkan Garam dengan Sifat Basa, apabila Asam Lemah direaksikan dengan Basa Lemah maka akan menghasilkan suatu Garam dengan Sifat tergantung kepada Nilai ka ataupun kb didalamnya.
Garam adalah senyawa yang dihasilkan dari reaksi netralisasi antara larutan asam dan larutan basa. Larutan garam yang terbentuk memiliki sifat yang bervariasi, tergantung pada sifat asam dan sifat basa penyusun garam. Secara umum :
Asam + Basa → Garam + Air
Berikut ini adalah beberapa contoh reaksi pembentukan garam (dikenal pula dengan istilah reaksi penggaraman atau reaksi netralisasi) :
HCl(aq) +  NaOH(aq) →  NaCl(aq) +  H2O(l)
H2SO4(aq) +  2 NH4OH(aq) →  (NH4)2SO4(aq) +  2 H2O(l)
2 HCN(aq) +  Ba(OH)2(aq) →  Ba(CN)2(aq) +  2 H2O(l)
H2CO3(aq) +  Mg(OH)2(aq) →  MgCO3(s) +  2 H2O(l)
Reaksi kebalikan dari reaksi penggaraman dikenal dengan istilah reaksi hidrolisis. Reaksi hidrolisis adalah reaksi salah satu ion atau kedua ion larutan garam dengan air. Reaksi salah satu atau kedua ion larutan garam dengan air menyebabkan perubahan konsentrasi ion Hmaupun ion OH dalam larutan. Akibatnya, larutan garam dapat bersifat asam, basa, maupun netral.
Sebagaimana yang telah kita pelajari sebelumnya, kita mengenal dua jenis asam, yaitu asam kuat dan asam lemah. Demikian halnya dengan basa, kita mengenal istilah basa kuat dan basa lemah (lihat : Kimia Asam Basa). Dengan demikian, terdapat empat variasi reaksi antara asam dan basa membentuk garam, yaitu :
1. Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat
Contoh  :  HBr(aq) +  KOH(aq) →  KBr(aq) +  H2O(l)
Garam yang terbentuk mengalami ionisasi sempurna dalam air
KBr(aq) →  K+(aq) +  Br(aq)
Baik kation maupun anion, hanya terhidrasi oleh air, tidak mengalami reaksi dengan air. Dengan demikian, garam tersebut tidak terhidrolisis dalam air. Akibatnya, konsentrasi ion Htidak berubah terhadap konsentrasi ion OH. Larutan garam bersifat netral. Larutan garam tersebut memiliki pH = 7.
2. Reaksi antara asam kuat dengan basa lemah
Contoh  :  HNO3(aq) +  NH4OH(aq) →  NH4NO3(aq) +  H2O(l)
Garam yang terbentuk mengalami ionisasi sempurna dalam air
NH4NO3(aq) →  NH4+(aq) +  NO3(aq)
Anion tidak mengalami hidrolisis dengan air, sebab anion berasal dari spesi asam kuat. Namun sebaliknya, kation yang berasal dari spesi basa lemah mengalami hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH4+(aq) +  H2O(l) <——>  NH4OH(aq) +  H+(aq)
Hidrolisis kation yang berasal dari basa lemah menghasilkan ion H+. Akibatnya, konsentrasi ion Hmenjadi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi ion OH. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis sebagian (parsial). Larutan garam tersebut bersifat asam dan memiliki pH < 7.
3. Reaksi antara asam lemah dengan basa kuat
Contoh  :  HCN(aq) +  NaOH(aq) →  NaCN(aq) +  H2O(l)
Garam yang terbentuk mengalami ionisasi sempurna dalam air
NaCN(aq) →  Na+(aq) +  CN(aq)
Kation tidak mengalami hidrolisis dengan air, sebab kation berasal dari spesi basa kuat. Namun sebaliknya, anion yang berasal dari spesi asam lemah mengalami hidrolisis. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CN(aq) +  H2O(l) <——>  HCN(aq) +  OH(aq)
Hidrolisis anion yang berasal dari asam lemah menghasilkan ion OH. Akibatnya, konsentrasi ion OH– menjadi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi ion H+. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis sebagian (parsial).  Larutan garam tersebut bersifat basa dan memiliki pH > 7.
4. Reaksi antara asam lemah dengan basa lemah
Contoh  :  HF(aq) +  NH4OH(aq) →  NH4F(aq) +  H2O(l)
Garam yang terbentuk mengalami ionisasi sempurna dalam air
NH4F(aq) →  NH4+(aq) +  F(aq)
Baik kation maupun anion, sama-sama mengalami hidrolisis, sebab keduanya berasal dari spesi lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
NH4+(aq) +  H2O(l) <——>  NH4OH(aq) +  H+(aq)
F(aq) +  H2O(l) <——>  HF(aq) +  OH(aq)
Ternyata, hidrolisis kedua ion tersebut menghasilkan ion Hmaupun ion OH. Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis total (sempurna). Sifat larutan yang dihasilkan bergantung pada perbandingan kekuatan asam lemah (Ka) terhadap kekuatan basa lemah (Kb).
Ada tiga kemungkinan perbandingan nilai Ka terhadap K:
a. Ka > Kb : sifat asam lebih mendominasi; larutan garam bersifat asampH larutan garam kurang dari 7
b. K=  Kb : sifat asam maupun basa sama-sama mendominasi; larutan garam bersifat netralpH larutan garam sama dengan 7
c. Ka < Kb : sifat basa lebih mendominasi; larutan garam bersifat basapH larutan garam lebih dari 7 
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung pH larutan masing-masing larutan garam adalah sebagai berikut :
1. Larutan garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat
pH = 7
2. Larutan garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
[H+]  =  {(Kw/Kb)([ion yang terhidrolisis])}1/2
3. Larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
[OH]  =  {(K/Ka)([ion yang terhidrolisis])}1/2
4. Larutan garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
[H+]  =  {Kw (K/ Kb)}1/2
Berikut ini adalah beberapa contoh beserta penyelesaian soal-soal yang berkaitan dengan hidrolisis garam yang baru saja kita pelajarai bersama :
1. Berapakah pH larutan dari 100 mL larutan natrium sianida 0,01 M? (KHCN = 10-10)
Penyelesaian :
Larutan natrium sianida terbentuk dari campuran basa kuat (NaOH) dengan asam lemah (HCN). Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.
NaCN(aq) →  Na+(aq) +  CN(aq)
Ion yang terhidrolisis adalah ion CN. Konsentrasi ion CN adalah 0,01 M. Dengan demikian,  pH larutan garam dapat diperoleh melalui persamaan berikut :
[OH]  =  {(K/Ka)([ion yang terhidrolisis])}1/2
[OH]  =  {(10-14 / 10-10)(0,01)}1/2
[OH]  =  10-3 M
Dengan demikian, pOH larutan adalah 3. Jadi, pH larutan garam tersebut adalah 11.
2. Berapakah pH larutan dari 200 mL larutan barium asetat 0,1 M? (KCH3COOH = 2.10-5)
Penyelesaian :
Larutan barium asetat terbentuk dari campuran basa kuat (Ba(OH)2) dengan asam lemah (CH3COOH). Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.
Ba(CH3COO)2(aq) →  Ba+2(aq) +  2 CH3COO(aq)
Ion yang terhidrolisis adalah ion CH3COO. Konsentrasi ion CH3COO adalah 0,2 M. Dengan demikian, pH larutan garam dapat diperoleh melalui persamaan berikut :
[OH]  =  {(K/Ka)([ion yang terhidrolisis])}1/2
[OH]  =  {(10-14 / 2.10-5)(0,2)}1/2
[OH]  =  10-5 M
Dengan demikian, pOH larutan adalah 5. Jadi, pH larutan garam tersebut adalah 9.
3. Hitunglah pH larutan NH4Cl 0,42 M! (KNH4OH = 1,8.10-5)
Penyelesaian :
Larutan amonium klorida terbentuk dari campuran basa lemah (NH4OH) dengan asam kuat (HCl). Dengan demikian, larutan garam tersebut mengalami hidrolisis parsial dan bersifat asam.
NH4Cl(aq) →  NH4+(aq) +  Cl(aq)
Ion yang terhidrolisis adalah ion NH4+. Konsentrasi ion NH4+ adalah 0,42 M. Dengan demikian, pH larutan garam dapat diperoleh melalui persamaan berikut :
[H+]  =  {(K/Kb)([ion yang terhidrolisis])}1/2
[H+]  =  {(10-14 / 1,8.10-5)(0,42)}1/2
[H+]  =  1,53.10-5 M
Dengan demikian, pH larutan garam tersebut adalah 4,82.
Ciri-ciri reaksi asam + basa:
1.      Reaksi asam-basa bisa digunakan senyawa asam kuat dan basa kuat, maupun asam lemah dan basa lemah
2.      Reaksi asam + asam tidak akan terjadi, begitu juga dengan reaksi basa + basa
3.      Reaksi asam + basa terjadi dengan perpindahan ion-ion di senyawa asam dan basa
4.      Hasil reaksinya berupa senyawa garam dan air
Ingat, bahwa reaksi asam-basa ini juga sangat penting untuk perhitungan pH selanjutnya, yaitu pH hidrolisis garam dan pH buffer.
Perhatikan skema berikut!
rumus4
(Rumus reaksi asam basa).

2.6 TERJADINYA REAKSI METATESIS
          Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran ion dari dua buah elektrolit pembentuk garam, terdapat tiga jenis reaksi penggaraman yang mungkin yaitu; garam LA dengan garam BX, garam BX dengan asam HA dan garam LA dengan basa BOH. Selain itu, Reaksi metatesis juga adalah reaksi-reaksi kimia yang melibatkan pertukaran atom/ion atau gugus atom/gugus ion dengan atom/ion atau gugus atom/gugus ion yang lain.  
Reaksi ini secara umum dapat dituliskansebagai berikut:
AB + CD à AD + CB.
Reaksi metatesis dapat terjadi jika salah satu hasil reaksi berupa endapan atau gas, dengan kata lain salah satu hasil reaksi memiliki kelarutan yang rendah didalam air.
1. Garam LA + garam BX → garam LX + garam BA.
Contoh :
NaCl + AgNO3 → AgCl(s) + NaNO3
Reaksi ini menghasilkan endapan berwarna putih untuk senyawa AgCl, dalam reaksi dituliskan tanda (s) berarti solid.
2. Garam BX + asam HA → Garam BA + Asam HX
Contoh :
FeS + 2 HCl → FeCl2 + H2S(g)
Hasil reaksi berupa gas H2S yang dapat lepas keluar dari tempat berlangsungnya reaksi.
3. Garam LA + basa BOH → Garam BA + LOH.
Contoh :
NH4Cl + KOH → KCl + NH4OH
Reaksi ini berlanjut dengan menguraikan senyawa NH4OH
NH4OH  H2O + NH3(g).

Dalam reaksi metatesis, ada dua reaksi pertukaran diantaranya adalah sebagai berikut :
1)      Reaksi pertukaran tunggal
Reaksi pertukaran tunggal adalah reaksi-reaksi yang melibatkan pertukaran sebuah unsure dengan unsure lain dalam suatu senyawa
Contoh:
2AgCl (aq) + Cu (s) → 2Ag (s) + CuCl2 (aq)
2)      Reaksi pertukaran ganda
Reaksi pertukaran ganda adalah reaksi reaksi yang melibatkan pertukaran antara dua pereaksi.
Contoh :
AgNO3(aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Selain itu reaksi pertukaran ganda adalah reaksi kimia yang melibatkan pertukaran antar ion-ion dalam senyawa yang bereaksi.
Contoh:
Larutan natrium sulfat bereaksi dengan barium nitrat membentuk endapan putih dari barium sulfat.
Persamaan reaksinya:
Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) ⎯⎯→ 2NaNO3(aq) + BaSO4(s)

Jika ditinjau berdasarkan produk yang dihasilkan,maka reaksi metatesis masih dapat dibedakan menjadi beberapa jenis reaksi,antara lain sbb:
1)      Reaksi pembentukan endapan
Endapan merupakan zat padat yang memiliki kelarutan yang sangat kecil dalam air dan dihasilkan dari suatu reaksi kimia.
Endapan dapat terbentuk apabila kation dari pereaksi satu bereaksi dengan anion dari pereaksi lain membentuk senyawa yang tidak mudah larut dalam larutannya.
Contoh:
AgNO3(aq) + NaCl (aq) → AgCl (s) + NaNO3 (aq)
2)      Reaksi pembentukan gas
Gas dapat terbentuk apabila produk yang dihasilkan dari suatu reaksi tidak larut dalam air dan titik didihnya rendah.Gas juga dapat terbentuk apabila produk dari suatu reaksi tidak stabil hingga terurai menjadi gas dan zat lain.
Contoh:
Zn (s) + 2HCl (aq) → ZnCl2 (aq) + H2 (g)
3)      Reaksi penetralan
Reaksi penetralan merupakan reaksi antara larutan asam dan basa.Penetralan terjadi antara ion H+ dari asam dan ion OH- dari basa,membentuk molekul netral H2O.Penetralan dapat terjadi apabila jumlah mol kedua ion di atas sama banyak.
Contoh :
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2(aq)





DAFTAR PUSTAKA

Andy. 2009. Pre-College Chemistry.
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia: Pakar Raya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar